Pandemik berpengaruh pada semua sektor, formal maupun informal termasuk di wilayah Teluk Bintuni, Papua Barat. Hal ini dirasakan oleh Ocha (Rosalina Mayor) 26 tahun, perempuan muda Bintuni yang merasakan dampak pandemik. Sebagai pemuda lokal, dia merasa bahwa bekerja bukan hanya menjadi pegawai, baik swasta maupun pegawai negeri namun bisa bekerja sebagai wirausaha. Namun ini yang dirasakan seorang Ocha, akses belajar menjadi entrepreneur masih sulit apalagi dalam bidang yang perlu proses lebih lanjut seperti kuliner. Kebanyakan jika menjadi wirausaha menjual segala sesuatu yang sudah jadi seperti umbi, pinang, sayur, dan buah-buahan. Apalagi ketika pandemik, jarang sekali pelatihan dari instansi pemerintah.

Berawal dari bahan mentah yang banyak tersedia seperti buah pisang, kacang, umbi, dan lainnya, terfikir ide untuk membuat pangan olahan (kuliner). Namun bagaimana memulainya ini yang sulit, darimana informasi dan bagaimana proses produksinya. Youtube menjadi pilihan Ocha untuk mulai mempelajarinya. Tapi menurut Ocha semua masih terbatas, belajar dari Youtube belum berani meyakinkannya untuk berusaha lebih lanjut memulai usaha.

Ketika pertama mendapat informasi mengenai pelatihan kewirausahaan dasar yang diadakan oleh UNDP bekerjasama dgn papua Consult di Teluk Bintuni, tanpa berfikir panjang langsung mendaftar. Hal utama yang membuat yakin untuk wirausaha ketika dia belajar melihat potensi bahan baku dan pasar. Bahan baku buah-buahan yang melimpah, bagaimana menjual, menghitung harga jual hingga pemasaran. “Pelatihan kewirausahaan dasar ini cukup lengkap sehingga membuat saya semakin percaya diri untuk mewujudkan ide usaha pangan olahan keripik yang idenya sudah sejak bulan Juni 2021 lalu,” jelas Ocha.

Setelah pelatihan dia mulai mencoba menyusun rencana usaha, belajar juga melalui Youtube bagaimana membuat keripik yang enak dan hygienis. Setelah beberapa waktu, Ocha membuat sampel yaitu keripik manis pisang dan kacang, kemudian membagikan kepada beberapa pihak untuk dicoba. Termasuk memasukkan sampel produk di minimarket dan kios sekitar tempat tinggalnya. Dua produk tersebut dijual dengan kisaran harga 10-15 ribu rupiah. Beberapa toko dan minimarket di Teluk Bintuni sudah menerima produk Ocha dengan merek “Keripik Mace Ross” untuk dijual. Selain itu dia berharap bisa mengirim produk olahan lainnya khas lokal Papua ke wilayah lain di Papua. Menjadi pengusaha UMKM addalah cita-citanya, bisa memberikan pendapatan untuk keluarga.

Yang membuatnya senang adalah masyarakat lokal dari Teluk Bintuni mampu dan bisa membuat produk olahan kuliner, bukan hanya jual mentah, bisa mendapatkan nilai tambah. Umumnya di Bintuni, para pendatang yang hanya bisa membuat produk olahan ini. Namun, kami masyarakat asli ternyata mampu dan produk juga diterima oleh toko serta pembeli. Satu lagi ternyata kitorang bisa menjadi wirausaha, dan harapannya ada pendampingan sehingga usaha kami bisa maju.